Friday, September 23, 2016

Maestro Seni Tradisi 2016 Adalah Bupati Purwakarta

Maestro Seni Tradisi 2016 Adalah Bupati Purwakarta




Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, meraih penghargaan sebagai Maestro Seni Tradisi 2016 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud). Dedi disematkan penghargaan karena dianggap konsisten menjaga kebudayaan masyarakat Sunda.

Pemberian penghargaan dilakukan di Taman Ismail Marzuki, Jumat (23/nine) petang. Dedi dinilai memperkenalkan salam Sampurasun kepada masyarakat luas saat menggelar Karnaval Sampurasun yang memecahkan rekor dunia dengan mengerahkan massa hingga 57 ribu orang. Selain itu Dedi pun pada tahun 2015 lalu memperkenalkan Sampurasun saat berpidato di Markas PBB di new york, Amerika Serikat, dihadapan seven-hundred peserta dari ninety negara.


Ditemui usai acara, Dedi berterima kasih atas kepada pemerintah atas apresiasi yang diberikan. Dia berharap ke depan budaya sebagai identitas bangsa tidak lagi terpisah dengan negara yang saat ini berjalan sendiri-sendiri di jalur yang berbeda.

Pria yang akrab disapa Kang Dedi itu pun berharap budaya tidak lagi menjadi komoditi program populer semata namun teraplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Terlebih, budaya tidak boleh menjadi objek proyek untuk mencari keuntungan semata tanpa ada manfaatnya bagi masyarakat.


"Saya selalu mencoba konsisten memperkenalkan dan mempertahankan budaya masyarakat Sunda. Itu saya bawa dalam kehidupan keseharian dan juga teraplikasikan pada kondisi birokrasi di Kabupaten Purwakarta. Menjadi orang Sunda itu tidak hanya satu hari, tapi setiap saat kita adalah orang Sunda," jelas Dedi pada detikcom.

Namun sering kali Dedi mendapat hambatan karena budaya dan negara memiliki ciri sendiri. Salah satunya adalah setiap acara kenegaraan sebagai bupati dia sering kali dihadapkan pada 'baju besi' atau pakaian formal seperti jas dan kemeja. Padahal baju yang sering dipakai oleh para bupati atau wali kota pada acara kenegaraan adalah peninggalan generation penjajahan Belanda. Sementara jas merupakan pakaian formal yang menjadi fashion di kawasan Eropa dan Amerika.


Untuk itu Dedi pun kerap menabrak aturan tersebut dengan konsisten mengenakan pakaian pangsi hitam atau putih, dan iket putih yang kini menjadi ciri khasnya. Sementara pakaian formal bupati dia hanya gunakan satu kali dalam satu tahun yakni dalam upacara bendera 17 Agustus.

"Saya selalu memulai semuanya dengan spirit budaya. Hingga berkembanglah fashion berbagai macam pangsi dan kebaya samping jangkung, arsitektur yang memiliki identitas Sunda, makanan seperti sate maranggi, dan juga bahasa daerah yang tentu membuat kita bertahan," ungkapnya.

Dedi mengungkapkan, konsistensi dia yang ditularkan pada masyarakat Kabupaten Purwakarta tak lain untuk mempertahankan budaya Sunda di tengah gempuran budaya asing. Dia berharap ke depan generasi muda tak lagi membanggakan budaya asing, dan selalu bangga pada adat, tradisi, dan budaya lokal.

Sementara itu Inspektur Jenderal Kemendikbud, Daryanto menjelaskan, dalam penganugrahan kali ini terdapat fifty four orang pemenang. Bupati Dedi sendiri masuk sebagai pemenang dalam kategori pelestari budaya. Dalam hal ini adalah tokoh yang konsisten melestarikan budaya Sunda, salah satunya mengenalkan salam Sampurasun.

"Penilaian sendiri sudah sejak lama. Dari awal menteri terdahulu, Pak Anies Baswedan. Penilaian sendiri dilakukan oleh para ilmuan, budayawan, dan rohaniawan," pungkas Daryanto.

No comments:

Post a Comment